AGRESI MILITER II BELANDA Canggihnya persenjataan dan dukungan dari Sekutu kepada Belanda menjadikan mereka mengusai sebagian besar keresidenan Palembang. Markas Staff Subkoss di muara beliti bahkan telah jatuh ke tangan belanda juga. Sehingga Letkol. Bambang Utoyo memerintahkan membangun pertahanan baru di Kehpayang. PERUNDINGAN 3 NEGARA (TAMPAK Dr. IBNU SUTOWO MEWAKILI INDONESIA) a. Bengkulu Gerak laju pasukan Belanda kearah Bengkulu berhasil dihambat oleh pasukan Brigade Garude Merah yang menghancurkan jalan dan jembatan. Pada 3 Januari 1949 pasukan Mayor Nawawi mempertahankan kota dengan politik bumi hangus dan berhasil menggagalkan pendaratan Tentara Belanda di bengkulu. Sampai pada akhirnya Pasukan Wim Tamawiwi tidak mampu lagi mempertahankan Benteng Malbourgh yang gempur belanda dari darat dan udara secara sporadis. Pada hari itu juga belanda berhasil masuk ke bengkulu tapi tidak berhasil menjumpai satupun tentara kita yang sudah menyusun kekuatan di luar kota. b. Lampung Pemusatan pasukan kita antara Palembang - Lampung mengakibatkan datangnya pasukan belanda dari arah selatan. Berturut belanda berhasil menguasai Tarahan, Panjang, Betung, sampai Tanjung Karang yang berakibat pemindahan staff Garuda Hitam ke Talang Pandang. Dari sini kekuatan kita dibagi menjadi dua : Front Utara dipimpin oleh Mayor Nurdin Pandji yang memiliki pasukan dengan mobilitas dan disiplin tinggi serta Front selatan dipimpin oleh Ismail Husin. Pembentukan front ini praktis berhasil mengahalangi belanda dari perluasan daerah kekuasaanya. c. Jambi Setelah diketahui diserangnya Jogjakarta, pimpinan di jambi mengadakan politik Bumi Hangus berdasarkan keputusan rapat yang dipimpin oleh Residen. Inu Kertapati untuk memperlemah laju pasukan belanda. 29 Desember 1949 serangan terhadap kedudukan Belanda di lapangan terbang Pal Merah, Keanalisa dan Tempino oleh pasukan kita. Serangan gencar dihari pertama gagal dan dipatahkan oleh peralatan canggih pasukan belanda yang mengakibatkan rapat darurat antara pimpinan pertambangan minyak Letkol. R Sudarsono dengan pimpinan pasukan Mayor Marzuki dan memutuskan untuk bertempur sampai titik darah penghabisan, Belanda kembali menggempur dengan melibatkan secara penuh kekuatan udara dan berakhir dari kerugian besar dipihak kita termasuk tewasnya Mayor Marzuki dan Kapten Maryono. Akibat didudukinya lempino posisi pasukan kita di bayung lincir terputus dan pada 23 Juli 1949 Pelepat dan Pelepu sebagai tempat terakhir pasukan kita berhasil pula diambil alih oleh belanda. |