a. Bidang Pemerintahan
Pada masa pendudukan Jepang, wilayah administratif dibagi menjadi 13 berdasarkan Bun Syu yang meliputi :
-
Palembang
-
Talang Betutu
-
Komering Ilir (Kayu Agung)
-
Ogan Ilir (Tanjung Raja)
-
Musi Ilir (Sekayu)
-
Rawas (Saralangun)
-
Lematang Ilir (Muara Enim)
-
Lematang Ulu (Lahat)
-
Tanah Pasang (Pagar Alam)
-
Tebing Tinggi
-
Komering Ulu (Baturaja)
-
Musi Ulu (Lubuk Linggau)
-
Muara Dua
b. Bidang Pendidikan
Doktrinisasi "Saudara Tua" oleh Jepang diwujudkan juga dalam dunia pendidikan termasuk diataranya pembentukan HEIHO (Pendidikan Prajurit) dan GYUGUN - KANBU (Calon Perwira). Bahasa dan kebudayaan jepang mulai diajarkan dengan maksud disesuaikan pada kepentingan Jepang.
c. Kehidupan Ekonomi
Setelah Jepang berkuasa, pemerintahan jepang mengambil alih semua harta benda dan tanah milik belanda, perkebunan, bahkan termasuk tambang seperti Minyak, Batubara, Timah dan lain-lain semua dikuasai oleh jepang dengan pengurasan Tenaga Rakyat secara luar biasa yang dikenal dengan praktek kerja paksa ROMUSHA sehingga rakyat Indonesia pada masa jepang betul-betul mengalami penderitaan dan kemelaratan yang luar biasa.
d. Bidang Organisasi Kemasyarakatan
Menghadapi perang yang semangkit sengit melawan sekutu, Jepang mulai memobilisasi massa di Indonesia untuk ikut membantu mereka dengan membetuk serangkaian organisasi seperti : Seinendan, Seinentai, Gakuto-Tai, Heiho, Keibondan, Fujinkai. Dari organisasi tersebut biarpun tujuanya untuk kepentingan Jepang namun hal itu juga artinya kesempatan untuk berorganisasi secara bebas, di Sumatera Selatan tokoh-tokoh seperti Haji Raden Tjek Yan dan Dr. A.K Gani menjadi sponsor dari organisasi yang bernama Syu-Syangikai sebagai jalan untuk menentukan nasib sendiri.
e. Menjelang Proklamasi tahun 1945
Janji kemerdekaan yang belum juga diberikan Jepang sebagai pendorong bergabungnya para pemuda diorganisasi-organisasi bentukan Jepang semakin mempergenting penolakan terhadap pendudukan. Diluar negeri satu persatu daerah kekuasaan Jepang jatuh kepada Sekutu Jepang sengaja menutup kran informasi rakyat perihal ini. Menyerahnya Jepang kepada Sekutu tidak diduga sama sekali oleh masyarakat akibat kerasnya sensor informasi. Janji PM. Koiso pada 7 September 1944 kepada pimpinan dijakarta belum juga terwujud. Sehingga pejuang, pemuda dan rakyat di daerah termasuk Sumatera Selatan semakin tidak sabaran dan mengobarkan perlawanan kepada Jepang, hal ini malah menjadikan jepang semakin brutal dan bertindak kejam kepada rakyat akibat semakin memburuknya posisi mereka. Berturut-turut Saigon (Juli 1944) Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Kepulauan Marshall, mengakibatkan bobolnya perhtahanan Jepang dan terakhir pada Februari dan April 1945 Iwojima dan Okinawa diduduki oleh sekutu. Puncaknya setelah Bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, kaisar Hiroito mengumumkan penghentian Perang Asia Timur Raya pada tanggal 15 Agustus 1945.
f. Pembentukan BKR di Sumatera Selatan
Pada 22 Agustus 1945 Berita kemerdekaan baru sampai di Sumatera Seletan dari operator Radio bernama Maelan. Selanjutnya disebar luaskan oleh Dr. AK. Gani dan dibentuklah BPKR (Badan Penjaga Keamanan Rakyat) beranggotakan 30 orang dengan pimpinan pertama kali Kolonel Hasan Kasim. Pelopor BKR di Sumatera Selatan antara lain : Zainal Abidin Ning, Hasan Kasim, Dani Effendi, dan Muhammad Nuh. Selain BKR laskar-laskar lain bergerak secara sendiri-sendiri dan salah satu yang paling berpengaruh dengan anggota yang sangat besar pada waktu itu adalah : Hizbullah. Dr. AK. Gani dengan cepat bertindak mengumpulkan para pemimpin laskar-laskar dan meminta kesedian untuk menjadikan BPKR sebagai komando utama.
g. Pembentukan Komandeman Sumatera
Konferensi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang berlansung di Yogyakarta 12 November 1945 dihadiri oleh TKR sejawa dan sumatera merumuskan untuk mengangkat Kolonel Sudirman sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal pada 18 Desember 1945.
27 Desember 1945 Komandemen Sumatera dibentuk dengan :
-
Panglima Komandemen : Mayjen. Suhardjo Harjowardojo
-
Kepala Staff Komandenmen : Kolonel. Muhammad Nuh
-
Devisi I Sumsel (Lahat) : Kolonel Mauluddin Simbolon
-
Devisi II Sumsel (Palembang) : Kolonel Muhammad Hasan Kasim
-
Devisi III Bukit Tinggi : Kolonel Dahlan Jambek
-
Devisi IV Sumatera Timur : Kolonel Achmad Taher
-
Devisi V Aceh Biruen : Kolonel Sama'un Gaharu
-
Devisi VI Sibolga : Kolonel Muhammaed Dien
Mayjen. Suhardjo Harjowardojo
Panglima Komandemen Sumatera (25 Desember 1945)
Komandan Sub Komandemen Sumatera Selatan I
Kolonen Hasan Kasim
Komandan Sub Komandemen Sumatera Selatan II
Dr. A.K Gani
Komandan Sub Komandemen Sumatera Selatan III
Kolonel M. Simbolon
h. Pembentukan Sub Komandemen Sumatera Bagian Selatan (SUBKOSS)
Akibat didukinya Bangka dan Belitung oleh Belanda, maka diadakan perombakan untuk mempertahankan 7 Resimen dibawah Sub Komandemen Sumatera Selatan dengan pejabat :
-
Komandan Sub Komandemen I : Kolonel Hasan Kasim
-
Komandan Sub Komandemen II : Dr. AK. Gani
-
Komandan Sub Komandemen III : Kolonel Mauluddin Simbolon
-
Divisi I Garuda Lahat : Kolonel Barlian
-
Divisi II Garuda Palembang : Letkol. Bambang Utoyo
-
Ajudan : Letda. BT Tobing
-
Kepala Staff : Letkol. Iwan Supardi
-
Bagian Organisasi : Letkol NS. Effendi / Mayor Makmun Martawinata
-
Bagian Persenjataan : Mayor Darko
-
Bagian Intedance : Mayor A. Thahir
-
Bagian Penerangan : Kapten A. Thalib
-
Bagian Polisi Tentara : Kapten Yusuf Singadekane
-
Bagian Kesehatan : Mayor Dr. Ibnu Sutowo