Setelah pengakuan Kedaulatan NKRI oleh belanda pada 1949, ancaman terhadap kemerdekaan terhadap kedaulatan mulai datang dari gangguan keamanan yang timbul bermotifkan, primordialisme, separatisme, yang digerakan oleh putra-putra didaerah baik oleh bantuan pihak Luar Negri maupun mandiri. TT II/SRIWIJAYA mengambil peran serta dengan penugasan-penugasan operasi sebagai berikut : Pemberangkatan Prajurit dari TT. II/SRIWIJAYA Dalam Rangka Menumpas RMS 1. Operasi Militer ke Maluku Setelah KMB (Konfrensi Meja Bundar) muncul ketidakpuasan dari kalangan KNIL (tentara bantuan belanda) yang umumnya berasal dari Maluku Selatan. Kalangan Blandis pimpinan Dr. Smoukil memanfaatkan situasi ini dengan menghembuskan fitnah dan issu bahwa NKRI akan dikuasai oleh Suku Jawa dengan segala sistemnya berdasarkan Islam. Pemerintah berusaha menempuh jalan damai dengan mengutus Dr. J Leimena tokoh dari Maluku sendiri untuk berunding dengan kalangan KNIL yang ternyata ditolak mentah-mentah dan mereka malah memproklamirkan terpisah dari NKRI dengan membentuk RMS (Republik Maluku Selatan) pada 25 April 1950. Kemudian MBAD (Markas Besar Angkatan Darat) memutuskan menggelar Operasi Militer (GOM-3) dan meminta andil TT II/SRIWIJAYA, kemudian : a. Oktober 1950 Batalyon 2001 Berigade Z dan Yon 202/X dibawah pimpinan Mayor Muhammad Zen diberangkatkan ke Maluku Selatan yang ditempatkan di Ambon dan selanjutnya ke saparua. Dengan : - Berhasil Merampas 520 Pucuk senjata dan menewaskan 3520 Pemberontak RMS
- Hanya mengalami kerugian 17 orang gugur termasuk Danki II. Lettu Raden Abdullah
b. Tahun 1951 TT II/SRIWIJAYA memberangkatkan lagi Yon 207 untuk meneruskan operasi penumpasan RMS c. 12 April 1952 Yon 201 dipimpin Dan Yon Kapten Cipto Rachman menggantikan kedudukan Yon 206 di pulau ceram. Dibantu Yon 208 Selama +9 Bulan tugas berhasil dilaksanakan dengan gemilang bukan hanya menumpas sisa-sisa RMS tapi juga berhasil mengembalikan kepercayaan masyarakat sampai di Kendari Sulawesi Tenggara kepada NKRI Pada Operasi di Pulau Ceram Yon 208 berhasil menawan Presiden RMS dan 5 menteri kabinetnya sehingga mendapatkan penghargaan : - Dari Panglima TT. VII/INDONESIA TIMUR
- 2 Tanda Jasa dari Dam Kompas "D" Maluku Selatan
- Dari Panglima TT. II/SRIWIJAYA
d. 4 Agustus s/d 24 Juni 1952 Yon 203 dari Brigade X diberangkatkan ke Maluku Selatan ditempatkan ke Saparua kemudian dipindahkan ke Tual. Dengan hasil menanamkan kembali kepercayaan masyarakat dan membantu pasukan Kolonel Alex Kawilarang Panglima TT. VII/INDONESIA TIMUR yang berlokasi di Kapal Pati Unus dalam mengempur Ambon sebagai pusat kekuatan RMS dan berhasil menangkap kemudian menghukum mati Pimpinan RMS Dr. Soumokil pada November 1963 2. Gerakan Operasi Militer (GOM) V di Jawa Barat Pembangkangan juga dilakukan oleh sekitar 4000 pasukan Laskar Hizbullan dan Sabilillah yang merasa tidak puas terhadap persetujuan Renville yang memaksa pasukan indonesia termasuk laskar untuk keluar dari wilayah pendudukan belanda. Dan puncak ketidakpuasan adalah dibentuknya Negara Islam Indonesia dengan elemen Tentara Islam Indonesia didalamnya. Pada operasinya ternyata laskar yang telah dipolitisasi malah bersiteru dengan pasukan-pasukan TNI yang dahalu bahu membahu dengan mereka membebaskan tanah air dari Belanda. Maka dilancarkanlah operasi menumpas DI/TII pada 17 Agustus 1950. TT. II/SRIWIJAYA ambil bagian dengan : a. 6 Juli 1951 s/d 1 Maret 1952 Batalyon 2004 Pancasila (Bangka Belitung) ditugaskan ke Jawa Barat dibawah pimpinan Dan Yon Kapten Solichin b.Tahun 1952 Batalyon 2001 dengan tambahan satu kompi dari Yon 201 (Lahat) bertugas selama 9 bulan di Jawa Barat dengan pimpinan Kapten Juhartono dan berhasil : - Merampas 60 pucuk senjata gerombolan
- Menewaskan 135 orang gerombolan
Kemudian menyusul pemberangkatan Batalyon 205 ke Tasikmalaya dan bertugas selama 8 bulan dengan hasil gemilang berhasil meraih simpati masyarakat. Lewat serangkaian kegiatan pembangunan rumah ibadah dan fasilitas umum serta pendekatan terhadap ulama dan tokoh-tokoh masyarakat. c. Juli 1952 s/d April 1953 Kompi Ki-I dan Ki-II Yon E Bergabung dengan Yon D selama 10 bulan dengan kerugian 6 orang gugur selama masa operasi. d. 17 Maret 1954 Batalyon A yang merupakan peleburan Yon 205 dan Yon 208 melaksanakan tugas di Ciamis Selatan dengan tambahan Ki-II Yon C e. Juli 1953 s/d 1959 Batalyon C RI V berangkat ke Jawa Tengah untuk menumpas sisa-sisa Yon 426 yang dianggab memberontak dan berhasil menewaskan 47 orang musuh dengan kehilangan 6 orang anggota Prajurit Yon A yang Berangkat ke Aceh Mendapat Selamat dari Panglima TT. II/SRIWIJAYA Letkol. Burlian 3. Gerakan Operasi Militer (GOM) VII di ACEH Sebagai daerah perlawanan yang sengit terhadap Belanda, Kaum ulama dan adat istiadat Aceh membentuk perkumpulan bersama yang bernama PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) sebagai pusat komando. Namun setelah reorganisasi negara Aceh ternyata diputuskan oleh pusat (jakarta) dikembalikan menjadi keresidenan dan berada dibawah Propinsi Sumatera Utara. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan masyarakat Aceh, dan puncaknya Tengku Daud Beurueh mantan Gubernur Aceh dan ketua PUSA tersinggung dan terbujuk untuk memproklamirkan DI/TII tergabung dengan gerakan Kartosuwirjo di Jawa Barat dan mengendalikan wilayah Aceh dan sekitar. a. Februari 1956 s/d 1 September 1956 Yon C RI V TT. II/SRIWIJAYA melaksanakan tugas kewilayah Sigli dan Pidie dibawah pimpinan Dan Yon Mayor Juhartono. Selain berhasil menawan 83 GPK dan memaksa menyerah satu kompi musuh, Yon C juga berhasil memperbaiki jalan sepanjang 35 KM antara Tangsi dan Cempang. b. Agustus 1956 s/d 23 September 1957 Yon E dibawah pimpinan Kapten Animah Ahyat melanjutkan operasi ke Aceh kemudian dibantu oleh Yon B dibawah pimpinan Mayor Subroto WS c. Tahun 1957 Satu Kompi Ki-II dari Yon A diberangkatkan dibawah pimpinan Letda. Umar Hasan d. 15 Juni 1958 Ki-III Yon B dipimpin oleh Lettu Muhammad Ramadhan dan Den X Pimpinan Mayor Patisma melakukan operasi ke Nainggolan dengan sandi operasi "Cabang Meuroke" e. 14 Oktober 1958 Ki-III Yon B dipimpin Danki Letda Muhammad Yusuf melakukan penumpasan Gerombolan DI/TII di wilayah Pidie f. 2 Mei 1959 Ki-II Yon D dimpimpin Letda Subeno B/P Den X/Sriwijaya mengantikan tugas Ki-I di Medan dan Aceh Timur g. Tahun 1960 Batalyon D melakukan operasi penumpasan DI/TII di Aceh dan berakhir setelah tercapai kata sepakat pemerintah dengan pada keputusan PM. No : 1/MISI/1959 tentang pemberian posisi istimewa kepada daerah Aceh dengan bentuk otonomi luas terutama pada Bidang peribadatan, pendidikan dan kemajuan pembangunan. Sejak saat itu Pimpinan DI/TII Aceh yang merupakan tokoh kharismatik di Aceh Tengku Daud Beureuh kembali kepangkuan Ibu Pertiwi. |